Sejumlah 36 responden (75%) berpendapat ada hewan lain yang sosoknya mirip burung unta. Jenis burung lain yang penampilannya mirip burung unta dan banyak dipilih responden ialah kasuari (21 responden) dan kalkun (15 responden). Tidak ada satu responden pun yang menyatakan sosok burung unta mirip burung emu dan rhea. Data ini membuktikan, sebagian besar responden belum pernah melihat emu dan rhea yang masih satu keluarga dengan burung unta.
Popularitas burung unta tampaknya belum mendorong orang untuk mencicipi daging nya. Terbukti dari seluruh responden yang ditanya, hanya lima orang yang mengaku sudah pernah mencicipi daging burung unta. Sisanya belum. Namun responden yang belum pernah mencicipi daging hewan ini menyatakan ingin mencobanya.
Jika di Indonesia penangkaran burung unta merupakan hal yang baru, lain halnya di luar negeri. Di beberapa negara seperti Australia, Afrika Selatan, RRC, Amerika Serikat, Negeri Belanda, Jerman, Perancis, dan Inggris, peternakan burung ini telah lama diusahakan. Permintaan pasar yang besar, ragam produk dan harga yang relatif tinggi disebut-sebut sebagai alasan utama bisnis ini. Tak heran jika para peternak itu terjun total dengan seluruh sarana dan fasilitas untuk mencapai hasil optimal.
Di luar negeri ternak ini memang telah lama diusahakan. Di Australia, misalnya, ternak burung unta pertama dimulai pada tahun 1869, dan aktif diusahakan sejak tahun 1882. Di Negeri Belanda pionir ternak burung unta muncul sekitar tahun 1984.
Dari data yang dikumpulkan Subhur, jumlah burung unta di masing-masing negara itu telah mencapai ribuan sampai ratusan ribu ekor. Di Negeri Belanda terdapat sekitar 200 peternakan burung unta yang terdiri dari peternakan kecil, menengah, dan besar. Di antaranya adalah Breeding Farm Snavelhof di Zvidwolde; Big Bird Holland di Almere Haven; dan Kruijer Ostriches di Bellingwolde. Di Perancis, burung unta juga menjadi salah satu ternak favo rit untuk diusahakan. Peternak an besar France Autruches, misalnya, menernakan 15.000 ekor burung unta dan emu di lahan seluas 500 hektar.
Pada tahun 1995 jumlah burung unta di Australia sekitar 40.000 ekor. Peternakan bu rung tersebut diusahakan oleh 2.500 breeder yang tersebar di kota New South Wales, Victo ria, Western Australia, dan Queensland. Amerika Serikat sebagai salah satu negara produsen memiliki jumlah burung unta yang relatif besar, sampai 200.000 ekor. Burung burung itu diusahakan oleh sekitar 10.000 ranch di sana.
Perkembangan yang pesat usaha ini menyebabkan masing-masing negara membentuk asosiasi untuk membantu peternak dan investor. Beberapa asosiasi yang telah terbentuk: Austra lian Ostrich Association, Belgische Struisvogel Houderij, American Ostrich Association, dan Nederlandse Struisvogelhouders Organisatie.
Fasilitas yang memadai
Di Australia, negara-negara Uni Eropa, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat, penangkaran burung unta telah mencapai tahap komersial. Untuk memperoleh hasil yang optimal, segala kebutuhan unggas raksasa tersebut benar benar dicukupi. Karena itu mereka menyediakan segala fasilitas dan sarana yang diperlukan. Misalnya, setiap peternakan memiliki inkubator, penetasan, generator, fasilitas penyimpanan telur, dan pengatur suhu.Kemajuan negara-negara Eropa dalam beternak burung unta, di antaranya diwakili oleh Belgia. Di salah satu farm yang pernah dimuat di World Poultry, tergambar uletnya para peternak di sana dalam meng usahakannya. Misalnya, peter nakan milik Eddy Verresen yang ter1,- .k di Verrebroek, dekat kota Antwerp, Belgia. Sebelum terjun di bidang ini Eddy menyempatkan diri untuk study tour keliling dunia. Dari perjalanan ini, dia memperoleh banyak pengalaman dan juga membangun kontak bisnis ke seluruh negara produsen. Tak heran bila dia termasuk salah satu tenaga ahli ternak burung unta terpandang di Belgia. Ia dan 34 peternak bergabung dalam asosiasi peternak burung unta yang berkapasitas produk si 6.000-7.000 telur tetas/ tahun. Masing-masing anggota bertanggung jawab atas burung dan telurnya. Telur itu nanti ditetaskan di tempat Eddy.
Untuk mencari calon induk yang baik, Eddy menyeleksi langsung di Afrika Selatan. Burung-burung unta hasil seleksi ini digunakannya untuk memulai usaha pembiakan dan calon induk untuk breeder di dalam atau luar Eropa. Berikut ini dipaparkan sekelumit tahap tahap budidaya yang dilakukan Eddy Verresen difarm-nya.
Pertama-tama seluruh telur produksi anggota asosiasi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dicuci, dan diberi desinfektan, serta disimpan dalam suatu tempat yang bersuhu 15°— 18°C. Selama penyimpanan, telur dibalik posisinya sebanyak 2 kali sehari. Sesudah itu telur-telur tadi didesinfeksi kembali dengan fumigan formaldehida selama dalam perjalanan menuju ruang penetasan. Begitu tiba di unit penetasan, proses inkubasi mulai berlangsung.
No comments:
Post a Comment