Di zaman Romawi Kuno, para bangsawan dan saudagar kaya biasa berpesta pora dengan menyantap hidangan istimewa. Misalnya saja sup lidah burung merak dan otak merpan. Tentu banyak sekali merak dan merpati yang harus dipotong untuk keperluan tersebut. Para bangsawan dan saudagar Romawi menyantap menu eksklusif ini untuk menunjukkan status sosial dan ekonomi mereka di masyarakat. Ketika itu lidah merak dan otak merpati memang sedang trendy di kerajaan Romawi Kuno.
Sekarang pun kita juga mengenal beberapa menu eksklusif. Sup sarang burung, sirip ikan hiu, ikan napoleon, steak sapi kobe adalah beberapa di antaranya. Di benua Australia yang populasi sapi dan dombanya berlimpah, menu eksklusifnya adalah daging lhama, sebangsa unta tanpa punuk yang di impor dari Argentina. Impor daging lhama ini tiap tahun ber tambah besar volumenya. Peme rintah Australia lalu mendatangkan bibit lhama dan menernakkannya sendiri guna memenuhi keperluan daging untuk menu eksIclusif tersebut.
Burung unta adalah trend baru. Dagingnya disebut-sebut bertekstur sangat lembut meskipun berserat kasar. Citarasanya paling lezat di antara daging unggas, mamalia, ikan, dan reptil yang selama ini lazim dikonsumsi manusia. Daging burung raksasa ini juga dipromosikan tidak mengandung kolesterol. Masih banyak pujian dan sanjungan lain yang ditujukan untuk daging unggas dari benua Afrika ini. Namun yang jelas inilah trend baru itu. Daging burung unta adalah menu eksklusif yang dapat meningkatkan martabat penyantapnya.
Saat ini satu kilogram daging burung unta berharga antara tiga sampai enam kali lipat daging sapi. Banyak yang menduga tingginya harga daging satwa ini karena rasanya yang sangat enak Namun kenyataannya, penyebab tingginya harga produk menu eksklusif ini tidak imbangnya permintaan dengan pasokan. Sirip ikan hiu misalnya, berharga mahal karena hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari keseluruhan bagian ikan ini. Tinggi nya harga sarang burung walet karena proses mendapatkannya yang sangat sulit. Demikian pula dengan ikan napoleon. Semen tara masih mahalnya harga daging burung unta karena saat ini belum diproduksi secara massal.
Mungkin pada suatu saat harga daging unggas ini akan menjadi murah. Asumsi ini muncul karena burung unta relatif mudah dan murah pemeliharaannya. Kecepatan berbiaknya pun relatif pesat. Nanti, setelah unggas ini memasyarakat dan harga nya menjadi murah, kesan eksIdusifnya akan hilang. Di Indonesia pada awal tahun 70-an telur dan daging ayam ras adalah menu yang eksklusif. Namun setelah komoditas tersebut dapat diproduksi secara massal dan memasyarakat, nilai eksklusifnya segera hilang.
Pada tahun '80-an, lele bangkok pernah menyandang gelar sebagai menu eksklusif. Sayang, komoditas ini tidak pernah memasyarakat meskipun dapat dengan mudah diproduksi secara massal. Masyarakat ternyata lebih menyu kai ikan mas, nila, dan lele lokal. Ikan gurami tetap bernilai ekonomi tinggi karena alasan lain lagi. Meskipun sudah dapat diproduksi secara massal, jangka waktu pembesaran ikan ini relatif lama dibandingkan ikan mas, nila, maupun lele. Sapi kobe tetap merupakan produk eksklusif karena biaya produk sinya sangat tinggi.
Di masa mendatang menu eksklusif akan semakin banyak diperlukan masyarakat Indonesia. Trend makan menu seperti itu akan terus berkembang dan tambah beragam. Susu kuda sumba yang dulu tak terperhatikan, tiba-tiba kini sangat digemari kalangan elit di Jakarta. Kadang-kadang berkembangnya trend baru tersebut disertai berbagai cerita yang belum tentu mengan dung nilai kebenaran. Menu-menu eksklusif itu hampir selalu dikait-kaitkan dengan kesehatan, kekuatan, awet muda, bahkan juga keberuntungan.
Di zaman Romawi Kuno, menyantap sup lidah burung merak adalah soal prestise. Memang ada banyak alasan lain, tapi alasan prestise itulah yang terpenting. Sekarang pun kondisinya tak jauh berbeda. Isu-isu sekitar menu eksklusif tersebut sebenarnya tidaklah terlalu penting. Sebab ala$an utama menyantap sup lidah burung merak atau daging burung unta adalah soal prestise. Semakin eksklusif dan mahal menu itu, semakin tinggi prestise penyantapnya.
Nusa Tenggara Timur sudah sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil ternak yang produksinya dipasarkan sampai ke luar propinsi. Peternakan sapi sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di sana. Begitu keluar dari kota Kupang kita langsung menjumpai banyak sapi yang digembalakan di padang-padang yang hampir tak memiliki rumput. Gersang, demikianlah kesan pertama kita menyusuri jalan mulus dari Kupang ke arah timur.
Tak heran bila ada yang menyebut Pulau Timor bagian barat ini "daerah karang bertanah". Di kiri kanan jalan hanya dihi asi pohon lontar yang tumbuh jarang-jarang. Sekitar 40 km dari kota
Kupang kita memasuki Kampung Lily, Desa Camplong 1, Kec. Fatuleu, Kab. Kupang dengan hamparan lahan gersang seluas 450 ha. Lahan inilah yang dipilih PT Royal Timor Ostrindo untuk memba ngun peternakan burung unta. Saking gersangnya air pun harus dialirkan dari mata air sejauh 5 km.
"Burung unta membutuhkan daerah dengan kelembapan nisbi udara rendah sehingga NTT ini relatif mirip dengan daerah asalnya Afrika Selatan," ungkap Ir. Iing S. Wartaputra, License and Government Relation Manager PT Royal Timor Ostrindo. Burung unta di peternakan tersebut memang diimpor langsung dari Zimba bwe, negara di Afrika bagian tenggara.
Wednesday, March 7, 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
casino Archives - DrMCD
ReplyDeleteWelcome to the 경기도 출장안마 new casino page. Discover the new 문경 출장마사지 player site, which features 출장샵 many new 전주 출장마사지 slots, 원주 출장샵 casino.com's gambling platform. casino.com's gambling