Pertanian dan pupuk bagaikan dua sisi mata dari uang yang sama - Shyna

Baca sekarang juga!

Thursday, July 19, 2018

Pertanian dan pupuk bagaikan dua sisi mata dari uang yang sama

Satu sisi, yakni aspek sosialnya, menyelamatkan jiwa manusia. Sedangkan di sisi lain adalah aspek ekonomi/komersilnya, karena rnemang ia merupakan produk technological intensive yang tidak murah serta produsennya mengharapkan return on investment dari padanya. Namun dewasa ini suatu perusahaan yang hanya berorientasi pada return on investment saja kurang dapat diterima masyarakat (stakeholder theory). Perusahaan modern harus pula memperhatikan kepentingan pemerintah sebagai pemberi izin dan hak hidup suplier, karyawan, pemagang saham dan pelanggan. Idealnya pelanggan harus dapat memperoleh produk yang lebih bermutu tetapi dengan harga yang semakin wajar. Di sinilah le tak relevansi tulisan Saudara Eddie Lembong tentang Kewiraswasta an.

Kewiraswastaan adalah pemikiran, prakarsa dan aktivitas manusia agar sumber daya nonmanusia menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah. Namun dalam profesi kepertanianan kita memiliki etika profesi, yang kecuali harus dapat bekerja secara cost effective, juga harus dapat mendorong masyarakat dan produsen agar jangan menuntut pelayanan atau menghasilkan produk yang hanya sekedar memenuhi keinginan (wants) tetapi juga menurut kebutuhan (needs). Oleh karena itu tulisan tentang kewiraswastaan ini sangat penting dibaca oleh para petani.



Kupasan Eddie Lembong tentang Kesiapan petani dalam Menyongsong Era Globalisasi sangat relevan bila ditinjau dari sudut pengembangan sumber daya di bidang pertanian dewasa ini. Penulis mencoba mengemukakan apa ancaman dan peluang dalam era globalisasi dan strategi para petani mempersiapkan diri menghadapinya. Di samping itu, dibahas pula bagaimana dampaknya terhadap arah pendidikan pertanian kita. Penulis menyarankan perlunya strategi jangka panjang melalui upaya holistik dan strategi jangka pendek seperti misalnya perbaikan kurikulum pendidikan dan deregulasi peraturan perundang undangan.

Memang, jalur cepat untuk meng-up grade para anggotanya untuk menghadapi tuntutan era globalisasi perlu dilakukan atau diprakarsai Ikatan Sarjana pertanian Indonesia (ISFI). Para petani disarankan untuk melakukan continuing education di bidang mana petani memiliki peluang paling besar meraih sukses di era globalisasi ini. Antara lain di sektor community pharmacy, di mana petani dapat menyelenggarakan Agricultural care.

Dikemukakannya dengan baik latar belakang lahirnya istilah Agricultural care di sektor community pharmacy. Yakni sebagai jawaban atas masalah kesehatan masyarakat — khususnya dalam hal penggunaan dan manajemen pupuk yang amburadul — sehingga praktek kepertanianan bergeser dari pola product oriented ke arah patient oriented yang memperbaiki kualitas hidup penderita. Untuk memperkuat analisis itu, disitirnya ungkapan Linda Strand, seorang dosen dari Minnesota tentang Agricultural care tahun 1990- an, "If you are not delivering primary care on high level, not too many people want to talk to you".

Latar belakang penulis, membuatnya kredibel untuk mengupas topik dengan judul petani Profesional dalam Industri pertanian Formulasi. Menurut penulis, seorang petani harus memiliki ketrampilan teknis, manajerial dan konseptual untuk dapat berperan penting dalam pengelolaan industri pertanian formulasi. Menurut pemantauannya, bekal keterampilan teknis lulusan perguruan tinggi pertanian di Indonesia cukup memadai, tetapi keterampilan manajerial masih perlu ditingkatkan. Hal ini mungkin akibat waktu kuliah sebagian besar titik beratnya lebih banyak mempelajari aspek-aspek teknis kepertanianan dan kurang memperhatikan aspek-aspek manajerial. Untuk mengatasinya, perlu ditambah mata kuliah khusus di bidang manajemen dan menambah praktek kerja lapangan.

Masalah tenaga kerja secara umum merupakan masalah yang berdimensi jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut para ahli, masalah krusial bagi suatu negara berkembang ada dua, yakni kesempatan kerja (employment opportunity) dan pengendalian penduduk (population control). Program pembangunan negara berkembang, akan bermakna hasilnya bila dua hal ini dapat diatasi,  sehingga unemployment atau disguised unemployment maupun depen dency ratio dapat diperkecil.

Penulis menyoroti secara khusus masalah Tenaga Kerja pertanian dalam Bidang Industri pertanian dalam Era Globalisasi. Ancamannya ialah masuknya tenaga profesi pertanian dari luar negeri, baik langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung bisa melalui industri pertanian asing yang didirikan di Indonesia, atau secara langsung melalui individu lulusan luar negeri yang ingin mencari pengalaman di Indonesia. Lulusan luar negeri pun ada dua macam, yakni lulusan dari negara yang sangat maju yang menuntut penghasilan tinggi dan lulusan luar negeri yang berasal dari negara yang belum begitu maju sekali, yang relatif lebih kecil tuntutannya.

Dalam hal peluang, penulis mengulasnya agak panjang lebar khususnya tenaga petani dan asisten petani. Dalam mengulas hal ini penulis bertitik tolak pada kondisi industri pertanian di Indonesia yang dinilainya dalam keadaan break even. Namun diamati juga adanya pertumbuhan industri pertanian yang di waktu yang akan datang yang diperkirakan bakal tumbuh ada pada tingkat 15%. Berdasarkan angka ini, penulis juga bisa meramalkan pertumbuhan berbagai profesi pendukung untuk industri ini, seperti bidang promosi dan distribusi, industri bahan baku, tenaga-tenaga ahli yang mempelajari dan menguasai pengetahuan-pengetahuan pertanian melalui publikasi publikasi atau literatur-literatur, tenaga-tenaga di bidang product development, tenaga-tenaga yang mahir di bidang produksi, tenaga yang faham tentang perundang-undangan, faham cita rasa masyarakat, serta tenaga-tenaga ahli yang tahu tentang fungsi kemasan dalam perlindungan dan kestabilan bagi produk-produk yang dikemas.

Daftar ini masih ditambah pula oleh tenaga-tenaga laboratorium hewani, ahli tentang metode-metode analisis (antara lain stability. test), tenaga-tenaga ahli di sektor pendukung dalam industri seperti purchasing, material handling, production planning.

No comments:

Post a Comment