Kepedulian Terhadap Dunia pertanian - Shyna

Baca sekarang juga!

Thursday, June 28, 2018

Kepedulian Terhadap Dunia pertanian

Ini merupakan realisasi kepedulian dan kecintaan penulis terhadap dunia pertanian Indonesia yang sudah sejak lama dipikirkan dan merupakan buah pikiran lepas yang tertuang dalam berbagai seminar, simposium, kongres dan pertemuan. Oleh sebab itu sangat difahami bahwa pengambilan contoh salah satu institusi sangat mendominasi alur pemikiran penulis, bahkan terkesan agak berlebihan. Bagaimanapun buku ini sangat bermanfaat dan wajib dibaca oleh pendidik, mahasiswa, profesi pertanian, pelaku bisnis dan mereka yang bergerak dibidang pertanian.

Tatkala pertama sekali mengenal Pak Eddie, nama lamanya Ong You San, 33 tahun yang lalu, tampilannya klimis, dengan rambut dibelah tengah disisir licin, mungkin menggunakan pomade Tancho yang saat itu terkenal dikalangan anak-anak muda. Kalau saja lalat mau coba-coba hinggap dirambut Pak Eddie pastilah tergelincir. Wajahnya baby face, imut-imut kata ABG sekarang.



Selesai pertemuan responsi reseptur dengan mahasiswa, sambil berjalan kearah skuternya, dia selalu menyapa atau disapa mahasiswa.

Gaya bicaranya sangat antusias, membangkitkan semangat lawan bicara, selalu berusaha memberi pujian, tidak dengan mak sud "pujian gombal".

Suatu ketika tatkala menjadi muridnya di Jurusan pertanian ITB pada tahun 60-an, setelah bicara panjang lebar selesai responsi saya ditawarkan menjadi • asisten di Lab. Reseptur, "Saya yakin anda bisa mampu menjadi asisten, saya akan usulkan kalau memang berminat". Tentu saja hidung saya kembang kempis dibuatnya, padahal saya bisa mengukur diri, bahwa bisa lulus saja untuk pelajaran resepteur saya sudah cukup bersyukur. Tapi paling kurang sapaan dan pujiannya dengan antusias telah membuat saya sangat dihargai. Sangat di-wongke.

Petualangan dan Jiwa Entrepreneur

Membaca riwayat hidup Pak Eddie, saya teringat akan petualangan bangsa Irlandia yan beremigrasi mencari kehidupan lebih baik di Benua Amerika. Mereka diterpa oleh kegetiran hidup, harus survive melawan tantangan alam, harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan alam termasuk dengan bangsa asli Indian saat itu.

Pak Eddie yang dilahirkan hanya disebuah desa kecil Palasa, Sulawesi Tengah, langsung beremigrasi ke Kecamatan Tinombo pada saat masih kecil. Setelah beberapa tahun disana perjalanan kemudian menuju Gorontalo untuk mencari lingkungan sekolah yang lebih baik.

Perjalanan itu sendiri ditempuh dengan kapal kayu sederhana hanya berukuran 7 x 3 M, mengarungi samudera luas dan bertarung dengan ikan yang ganas dan sewaktu-waktu membentur batu karang, memakan waktu sampai 10 hari, saya yakin sungguh pengalaman sangat membekas dalam pembentukanjiwa Eddie kecil, adik-adik serta kakaknya. Pastilah pada diri orang tuanya dengan "pengalaman ini" ingin menanamkan makna penderitaan dalam diri Eddie kecil dan keluarganya, kalau mau berhasil dalam hidup ini. No gain without pain.

Tidak puas di Gorontalo, pada usia 12 tahun Eddie sudah mengembara lagi ke Menado sampai akhirnya "terdampar" di Bandung dan menyelesaikan petani di Jurusan pertanian ITB.

Jiwa petualangan diatas telah membentuk etos kerja dan jiwa entrepreneur pada diri Pak Eddie. Buktinya tatkala menjabat pengurus Himpunan Mahasiswa pertanian dia berhasil menerbitkan puluhan diktat dan mendatangkan buku referensi modern dari luar negeri dan berhasil mendirikan perpustakaan yang lengkap.

Tidak semua kita memiliki kesempatan berpetualang seperti Pak Eddie. Dia beruntung memiliki orang tua yang menempanya dengan berbagai kepahitan walaupun barangkali orangtuanya cukup

berada. Mungkin dan pasti orangtua Pak Eddie memiliki visi jauh ke depan. "Kalau mau berhasil jangan bertarung di kandang sendiri, di desa Palasa. Kamu harus keluar dari kampung, pergilah ke Pulau Jawa menuntut ilmu dan bertarunglah untuk menjadi pemain nasional kalau perlu menjadi pemain global." Dan ini telah dibuktikannya.

Perusahaan Pharos Indonesia yang kemudian didirikannya cukup memiliki reputasi nasional bahkan dipercaya bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan dunia, dan ekspor produksi telah menembus negara-negara Asia seperti Kamboja, Myanmar, Singapore, Pakistan, Srilangka serta Nigeria dan Boswana di Afrika.

Seperti apa yang dialami saat kecil dan masa remaja dia tidak memanjakan anaknya yang kalau dia mau, bisa memberikan fasilitas fasilitas lebih dari cukup untuk ukuran anak-anak muda sekarang.

Tetapi yang dilakukannya adalah dia "mendera" anaknya untuk sekolah di Amerika yang pasti menghadapi banyak saingan dan tantangan yang terbukti kemudian, kedua putranya menjadi pewaris "kerajaan" Pharos Indonesia. Dia sendiri lengser dari kedudukan sebagai executive.

Apa yang saat ini dilakukan lebih sebagai "pandito" yang mencoba menurunkan pengetahuannya kepada anak-anak muda pertanian, menjadi dosen tamu tetap di Urtiversitas Hasanuddin dan memberi ceramah kepada mahasiswa, anggota-anggota ISFI dan aktif di berbagai kegiatan sosial dan profesi seperti ISFI, GP pertanian, KADIN dan sebagainya.

Belajar dari sejarah hal yang sama juga terjadi pada perusahaan dunia seperti Matsushita Electric International (MEI) dimana Konosuke Matsushita lengser sebagai Presiden dan dia menunjuk Masaharu, menantunya untuk menggantikannya, dia sendiri cukup hanya menjabat sebagai chairman.

Matsushita sendiri kemudian lebih mengkonsentrasikan pemikirannya kepada masalah-masalah sosial dan kemanusiaan, dengan mendirikan Institut PHP (Peace and Happines through Prosperity), karena pada saat itu, sekitar tahun 1946, bangsa Jepang sedang mengalami trauma perang dunia kedua.

No comments:

Post a Comment